PELAKSANAAN SHOLAT JUMAT DI MASA PANDEMI COVID-19: ANALISIS FATWA MUI NO.31 TAHUN 2020 (TA'ADDUD AL-JUMU'AH)

RACHMAT YOGA TRYPUTRA, . (2021) PELAKSANAAN SHOLAT JUMAT DI MASA PANDEMI COVID-19: ANALISIS FATWA MUI NO.31 TAHUN 2020 (TA'ADDUD AL-JUMU'AH). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
COVER.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (161kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (156kB) | Request a copy
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (93kB) | Request a copy
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (228kB) | Request a copy
[img] Text
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (77kB) | Request a copy
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (133kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Pembahasan penelitian ini dilatarbelakangi oleh polemik yang terjadi pada masyarakat di seluruh indonesia pada masa pandemi, terutama terhadap umat islam yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan peribadahan yang sangat fonomenal akhir-akhir ini. Terlebih lagi setelah munculnya Fatwa MUI No. 31 tahun 2020 tentang tata cara pelaksanaan sholat jumat berjamaah pada masa pandemi Corona Virus Disease 19. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang metode dasar hukum penetapan fatwa MUI tentang tata cara pelaksanaan sholat jum’at yang telah dikeluarkan oleh MUI. Pada penelitian ini penulis menggunakan studi pustaka (library research). Untuk pengumpulan data penulis menggunakan teknik dokumentasi dan observasi, sedangkan analisis nya menggunakan deskriptif analisis. Penelitian ini meghasilkan beberapa temuan. Pertama, lahirnya fatwa MUI No. 31 tahun 2020 tentang tata cara pelaksanaan sholat jumat pada masa pandemi Corona Virus Disease 19 antara lain dilatarbelakangi oleh berbagai masukan dan permohonan dari masyarakat dan pemerintah. Munculnya fatwa tersebut di dasarkan dengan beberapa pertimbangan, antara lain : a) adanya pelonggaran akitifas sosial yang diberlakukan kembali oleh pemerintah (new normal); b) adanya nash al-quran yang terkait dengan kewajiban dalam pelaksanaaan sholat jum’at dan bahaya wabah yang harus di ikhtirakan untuk menghindari wabah tersebut; c) adanya hadits tentang perintah untuk menjauhi (berkumpul) tempat yang telah terkena wabah, dan bagi yang telah terkena wabah tidak diperbolehkan untuk berpindah ke tempat lain; d) berdasarkan kaidah ushul fiqih, antara lain: (1) mencegah kemudhorotan, bahaya, kerusakan lebih diutamakan dari pada mencari kemaslahatan, (2) bahaya harus dihilangkan, dan (3) memelihara jiwa lebih diutamakan dari pada memelihara agama (pada masa pandemi). Kedua, istinbath hukum penetapatan fatwa di dasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah, dan ijma’. Jika tidak ditemukan berdasarkan imam mazhab, maka berdasarkan ijtihad jama’i melalui metode bayani, ta’lili, istishlah, dan saad al-zariah dengan senantiasa memperhatikan maslahah mursalah dan maqashid al-syari’ah. Terkait tentang pelaksanaan shalat jumat ini, maka: 1) status hukum ta’addud al-jum’ah adalah boleh akan tetapi dilaksanakan pada tempat yang aman dari wabah, sebab kegiatan ini dilaksanakan dalam keadaan darurat syar’i; 2) lebih diutamakan melaksanakan sholat dzuhur dirumah jika keadaan lingkungan dalam keadaan bahaya ( zona merah ); 3) disunnahkan / dibolehkan melaksanakan sholat dzuhur setelah sholat jumat seacara bergelombang, untuk menghindari kecacatan dalam sholat jum;at; 4) tidak menimbulakan kerumunan yang tidak bermanfaat, seperti berkumpul untuk menunggu gelombang kedua. Kata Kunci : Fatwa MUI, sholat Jum’at, pandemi. ********** This research discussion is motivated by the polemic that occurred in communities throughout Indonesia during the pandemic, especially against Muslims related to the implementation of religious activities which are very phonomenal lately. Especially after the appearance of the MUI Fatwa No. 31 of 2020 concerning the procedures for carrying out Friday prayers in congregation during the Corona Virus Disease 19 pandemic. The purpose of this thesis is to find out about the basic legal methods for determining the MUI fatwa regarding procedures for implementing Friday prayers and the response of mosques and the community to the fatwas that have been issued by MUI. In this study the authors used library research (library research). For data collection the writer used documentation and observation techniques, while the analysis used descriptive analysis.This research yielded several findings. First, the birth of the MUI fatwa No. 31 of 2020 concerning the procedures for implementing Friday prayers during the Corona Virus Disease 19 pandemic, among others, the background of various inputs and requests from the public and the government. The appearance of the fatwa was based on several considerations, among others: a) the relaxation of social activities which was reinstated by the government (new normal); b) the existence of the text of the Koran which is related to the obligation to carry out Friday prayers and the danger of the plague that must be reckoned to avoid the epidemic; c) there is a hadith about the command to stay away from (gather) places that have been hit by the plague, and those who have been affected by the plague are not allowed to move to another place; d) based on the rules of ushul fiqih, among others: (1) preventing degeneration, danger, damage takes precedence over seeking benefit, (2) danger must be eliminated, and (3) preserving the soul is more prioritized than preserving religion (during the pandemic). Second, istinbath the law of determining fatwas based on al-Qur'an and al-Sunnah, and ijma '. If it is not found based on the imam of the mazhab, then it is based on ijtihad jama'i through the methods of bayani, ta'lili, istishlah, and saad al-zariah by always paying attention to maslahah mursalah and maqashid al-syari'ah. Regarding the implementation of this Friday prayer, then: 1) the legal status of ta'addud al-jum'ah is permissible but it is carried out in a place that is safe from the plague, because this activity is carried out in a syar'i emergency; 2) it is preferable to pray at home if the environment is in danger (red zone); 3) it is allowed to perform midday prayers after Friday prayers in waves, in order to avoid disability in Friday prayers; at; 4) do not create a crowd that is not useful, such as gathering to wait for the second wave

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Dewi Anggraeni,LC.,MA.; 2). Mushlihim,S.Pd.I., MA.
Subjects: Filsafat, Psikologi & Agama > Agama (Filsafat dan Teori Agama)
Filsafat, Psikologi & Agama > Islam (Ajaran Islam dan pendidikan Islam)
Filsafat, Psikologi & Agama > Alquran dan Kumpulan Karya Islam
Pendidikan > Pendidikan Dasar
Divisions: FIS > S1 Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Users 8825 not found.
Date Deposited: 22 Feb 2021 11:34
Last Modified: 22 Feb 2021 11:34
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/12766

Actions (login required)

View Item View Item