JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAKARTA: EKSISTENSI SEBELUM DAN SESUDAH KELUARNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TENTANG AHMADIYAH (1931-2011)

ADEA PRAMESTIARA, . (2021) JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAKARTA: EKSISTENSI SEBELUM DAN SESUDAH KELUARNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TENTANG AHMADIYAH (1931-2011). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
COVER.pdf

Download (8MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (4MB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (8MB) | Request a copy
[img] Text
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (933kB) | Request a copy
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (3MB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (20MB) | Request a copy

Abstract

Penulisan ini dilatarbelakangi oleh keluarnya sebuah Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 yang membahas mengenai peringatan agar tidak menyebarkan penafsiran mengenai pengakuan adanya nabi setelah Nabi Muhammad untuk gerakan Ahmadiyah yang telah berkembang di Indonesia sejak sebelum masa kemerdekaan, dan mulai berkembang di Jakarta pada tahun 1931. Ahmadiyah dianggap berbeda dengan umat Islam lainnya kerena keyakinannya yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi Isa dan Imam Mahdi. Tujuan dari skripsi ini untuk mengetahui eksistensi JAI sebelum dan sesudah keluarnya surat keputusan tersebut, sekaligus mengetahui cara organisasi JAI tetap bertahan di masyarakat. Penulisan ini menggunakan pendekatan multidimensional yang mencangkup permasalahan sosial dan politik di masyarakat, menggunakan penulisan metode sejarah dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap pengurus Ahmadiyah, studi kepustakaan serta melakukan observasi langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa Ahmadiyah masuk ke Indonesia setelah para pelajar dari Sumatra meminta Khalifah untuk mendatangkan Mubaligh ke Indonesia. Maulana Rahmat Ali, Mubaligh Ahmadiyah pertama yang menyebarkan ajaran Ahmadiyah di Jakarta. Sejak awal kedatangan Ahmadiyah mendapat kritikan di masyarakat namun di era reformasi bukan hanya sebuah kritikan tetapi tindakan kekerasan juga dirasakan oleh anggota Ahmadiyah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan SKB guna untuk melindungi Ahmadiyah dari tindakan diskriminasi sekaligus menenangkan beberapa kelompok yang anti-Ahmadiyah untuk tidak melakukan demonstrasi. Namun ternyata SKB tidak dilaksanakan dengan baik oleh Ahmadiyah maupun masyarakat. Karena Ahmadiyah tidak menjalankan SKB dan dianggap masih menyebarkan ajarannya mengenai adanya kenabian setelah Nabi Muhammad dan beberapa kelompok masyarakat yang anti-Ahmadiyah pun tetap melakukan tindakan diskriminsi berupa pembakaran dan penyegelan masjid Ahmadiyah. Meskipun demikian, Jemaah Ahmadiyah di Jakarta tetap mampu bertahan dengan mengupayakan melalui strategi dari dalam organisasi atau internal dan mengupayakan dari luar organisasi atau eksternal. This was motivated by the issuance of a Joint Decree (SKB) issued by the Minister of Religion and the Minister of Home Affairs of the Republic of Indonesia on June 9, 2008, which discussed warnings so that there is no limited recognition of the existence of a prophet after the Prophet Muhammad for the Ahmadiyya Community that has developed in Indonesia since before independence and began to develop in Jakarta in 1931. Ahmadiyya is considered different from other Muslims because of their beliefs which regard Mirza Ghulam Ahmad as Prophet Isa and Imam Mahdi. This thesis aims to find out the existence of JAI before and before the issuance of the decree and to find out how the JAI organization survives in the community. This writing uses a multidimensional approach that covers social and political problems in the community, uses historical writing methods with data collection techniques through interviews with Ahmadiyah administrators, literature studies, and direct field observations to get maximum results. The results of the research that have been carried out are known that Ahmadiyya entered Indonesia after students from Sumatra asked the Caliph to preach to Indonesia. Maulana Rahmat Ali, the first Ahmadiyya preacher to spread Ahmadiyya teachings in Jakarta. Since the beginning of the arrival of Ahmadiyya has received criticism in the community but in the reformation era it is not only a criticism but acts of violence are also felt by Ahmadiyya members. For this reason, the government issued a decree to protect Ahmadiyah from acts of discrimination and at the same time saw some anti-Ahmadiyya groups not hold demonstrations. However, it turned out that the SKB was not implemented properly by the Ahmadiyya and the community. Because the Ahmadiyya did not implement the SKB and still spreading after the Prophet Muhammad's prophethood, and some anti-Ahmadiyah community groups continued to carry out discriminatory actions in the form of burning and sealing the Ahmadiyya mosque. Nevertheless, the Ahmadiyya Congregation in Jakarta continues to survive by trying through strategies within the organization or internally and seeking from outside the organization or externally.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Drs. M. Fakhruddin, M. Si. ; 2). Dr. Nur’aeni Marta, S.S., M. Hum.
Subjects: Ilmu Sejarah > Kronologis Sejarah
Divisions: FIS > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: Users 11584 not found.
Date Deposited: 27 Aug 2021 03:20
Last Modified: 27 Aug 2021 03:20
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/17600

Actions (login required)

View Item View Item