KESANTUNAN BERBAHASA DALAM SKENARIO FILM DUA GARIS BIRU KARYA GINA S. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

SITI MASITAH, . (2021) KESANTUNAN BERBAHASA DALAM SKENARIO FILM DUA GARIS BIRU KARYA GINA S. NOER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
COVER.pdf

Download (491kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (394kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (607kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (388kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (467kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (248kB) | Request a copy
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (458kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan pematuhan maksim kesantunan dalam skenario film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer, dan mendeskripsikan pematuhan tersebut terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Objek penelitian ini adalah skenario film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer. Dalam penelitian ini didapatkan data pada skenario film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer sebanyak 553 pasangan ujaran. Pematuhan maksim kesantunan sebanyak 297 pasangan ujaran (53,70%), sedangkan pelanggaran maksim kesantunan ditemukan 256 pasangan ujaran (46,29%). Ditemukan pematuhan maksim kebijaksanaan sebanyak 19 pasangan ujaran dengan jumlah pelanggaran 26 pasangan ujaran, pematuhan maksim kedermawanan sebanyak 58 pasangan ujaran dengan jumlah pelanggaran 24 pasangan ujaran, pematuhan maksim penghargaan sebanyak 20 pasangan dengan jumlah pelanggaran 59 pasangan ujaran, pematuhan maksim kesederhanaan sebanyak 8 pasangan ujaran dengan jumlah pelanggaran 15 pasangan ujaran, pematuhan maksim pemufakatan sebanyak 149 pasangan ujaran dengan jumlah pelanggaran 127 pasangan ujaran, dan pematuhan maksim kesimpatikan sebanyak 43 pasangan ujaran dengan jumlah pelanggaran 5 pasangan ujaran. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pematuhan maksim kesantunan tidak jauh berbeda dengan pelanggaran maksim kesantunan pada skenario film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer. Sehingga skenario film ini tidak dapat diimplikasikan sebagai bahan ajar, tetapi contoh- contoh ujaran yang mematuhi maksim kesantunan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sebagai upaya penerapan pendidikan karakter di SMA. This study aims to describe the observance of the maxim of politeness in the scenario of the film Dua Garis Biru by Gina S. Noer, and to describe the compliance of the application of character education in high school. This research method is a qualitative descriptive method with content analysis techniques. The object of this research is the scenario of the film Dua Garis Biru by Gina S. Noer. In this study, data obtained on the scenario of the film Dua Garis Biru by Gina S. Noer as many as 553 pairs of utterances. The compliance of politeness maxim was found 297 pairs of utterances (53.90%), while the violation of politeness maxims was found 256 pairs of utterances (46.46%). There were 19 pairs of utterances obeying tact maxim with 26 violation pairs of utterances, 58 pairs of utterances obeying generosity maxim with 24 violation pairs of utterances, 20 pairs of utterances obeying approbation maxim with 59 violation pairs of utterances, 8 pairs of utterances obeying modesty maxim with 15 pairs of utterances, 149 pairs of utterances obeying agreement maxim with 127 violation pairs of utterances, and 43 pairs of utterances obeying sympath maxim with 5 violation pairs of utterances. The results of this study can be concluded that the observance of the maxim of politeness is not much different from the violation of the maxim of politeness in the scenario of the film Dua Garis Biru by Gina S. Noer. So that this film scenario cannot be implied as teaching material, but examples of utterances that comply with the maxim of politeness can be implied in learning Indonesian language as an effort to implement character education in high school.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Dr. Edi Puryanto, M.Pd. ; 2). Drs. Sam Mukhtar Chaniago, M.Si.
Subjects: Bahasa dan Kesusastraan > Bahasa Indonesia
Divisions: FBS > S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Users 10768 not found.
Date Deposited: 31 Aug 2021 07:06
Last Modified: 31 Aug 2021 07:06
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/18278

Actions (login required)

View Item View Item