MUTIA ZASKIA NASUTION, . (2022) DALAM DEKAP SERDADU : PERGUNDIKAN DI TANGSI MILITER (1872-1913). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
COVER.pdf Download (665kB) |
|
Text
BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (257kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (293kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (475kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (346kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (100kB) | Request a copy |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (239kB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan pergundikan di tangsi militer pada periode 1872-1913. Dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang dibahas, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahapan meliputi pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dengan menggunakan sumber primer dan sekunder yang berupa surat kabar sezaman, dokumen, buku, serta artikel yang relevan dengan penelitian. Praktik pergundikan di tangsi militer tidak lepas dari pembentukan suatu pasukan ketentaraan yang bernama Koninklijk Leger pada awal abad ke-19. Praktik ini selalu dikaitkan dengan demoralisasi dan juga diyakini sebagai penyebab munculnya masalah kesehatan di antara para serdadu, serta mendorong lahirnya kelas proletariat kulit putih di tanah koloni yang membuat hubungan antar dua ras berbeda ini tak jarang mengundang banyak pandangan pro dan kontra di masyarakat. Kegaduhan tersebut membuat pemerintah kolonial pada akhirnya mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya meningkatkan moral militer. Betapapun pergundikan tangsi dianggap menuai banyak dampak merugikan, praktik ini secara tidak langsung turut sebuah golongan masyarakat campuran yang dikenal dengan golongan Indo, dimana kelompok ini nantinya turut mendukung kebudayaan Indis di Hindia Belanda. This study aims to describe the life of concubines in military camps in the period 1872-1913. In order for the objectives of this research to be carried through, the author applied historical research methods which has five stages consisting of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. By using primary and secondary sources in the form of contemporary newspaper, documents, books, and articles relevant to the research. The practice of concubinage within the military barracks could not be separated from the establishment of an army called Koninklijk Leger in the early 19th century. The practice was used to be associated with demoralization and also believed to be the source of several health issues amongst the soldiers, as well as encouraging the birth of a white proletariat class in the colonies, this leads to mixed opinions regarding the relationship between these two different races. This commotion prompted the colonial government to issue several policies, one of which was to increase military morale. After all, the concubin eof tangsi is considered very detrimental, this practice indirectly joined a mixed society group known as the Indo group, where this group later helped support Indis culture the Dutch East Indies.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | Dr. Kurniawati, M.Hum Muhammad Hasmi Yanuardi, S.S., M.Hum |
Subjects: | Ilmu Sejarah > Kumpulan Peristiwa Tertentu |
Divisions: | FIS > S1 Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Users 13212 not found. |
Date Deposited: | 02 Mar 2022 07:03 |
Last Modified: | 02 Mar 2022 07:03 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/23143 |
Actions (login required)
View Item |