PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KEBERADAAN LENONG BETAWI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TAHUN 1986 DAN 2016

NUR AFNI HARDIYANTI, . (2017) PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KEBERADAAN LENONG BETAWI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TAHUN 1986 DAN 2016. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
NUR AFNI HARDIYANTI (4315133282).pdf

Download (8MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan terhadap keberadaan Lenong Betawi di Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 1986 dan tahun 2016. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 2017. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kota Administrasi Jakarta Barat. Metode pengambilan informan yang digunakan adalah teknik snowball sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri dari enam informan kunci dan delapan informan pendukung. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan di Kota Administrasi Jakarta Barat pada tahun 1986 dan tahun 2016 dari lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun seluas 1.153,55 Ha. Akan tetapi perubahan tersebut bukanlah faktor utama yang mempengaruhi keberadaan Lenong Betawi. Berkurangnya keberadaan Lenong Betawi di Kota Administrasi Jakarta Barat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) menurunya permintaan karena pertunjukan Lenong Betawi membutuhkan biaya yang tinggi, (2) Lenong Betawi yang bersaing dengan kesenian lainnya yang lebih praktis dan efisien. Lenong Betawi juga harus bersaing dengan kesenian yang dibawa oleh pendatang ke Jakarta. Pendatang di Jakarta hidup dengan kebudayaan serta kesenian dari daerah asalnya dan membentuk kelompok seni pertunjukan mereka sendiri seperti Miss Tjitjih, Sandiwara, Wayang Orang, atau Sri Mulat. Pada akhirnya, faktor-faktor tersebut mempengaruhi minat masyarakat dalam menanggap pertunjukan Lenong Betawi. Hal inilah yang menyebabkan banyak sanggar pengembang Lenong Betawi di Kota Administrasi Jakarta Barat hilang keberadaannya karena menurunnya permintaan untuk pertunjukan. Keberadaan Lenong Betawi yang sudah jarang ditemukan di Kota Administrasi Jakarta Barat tidak mengurangi minat masyarakat untuk menonton pertunjukan karena fungsi Lenong Betawi yang beragam yaitu sebagai (1) hiburan, (2) penyampaian nasihat, dan (3) pelepas nazar atau kaul. Dalam perkembangannya, Lenong Betawi mengalami modifikasi dalam segi cerita, musik, dan properti yang menyesuaikan kondisi masa kini tanpa menghilangkan pakem yang sudah ada di pertunjukan Lenong Betawi. Pengembang Lenong Betawi pun bukan hanya dari masyarakat beretnis Betawi namun juga masyarakat etnis lain yang memiliki kemauan untuk mengembangkan kesenian ini. The research aims to know land-use change towards the existence of Lenong Betawi in the West Jakarta in year 1986 and 2016. The research had conducted between January 2017 and July 2017 in the West Jakarta. The method that used was qualitative descriptive research. The method of sampling from a population is snowball sampling. The informants in this research were consisting of fourteen informants whom six of them were keys informants. The result of the research showed that there has been a land-use change in the West Jakarta in year 1986 and 2016 from non-built area to built area for 1.153,55 hectares. However, these change is not the main factor that affecting the existance of Lenong Betawi. The decrease of Lenong Betawi existence in the West Jakarta was caused by several factors, they are: (1) Lenong Betawi performance required high cost, (2) Lenong Betawi competing with other performing arts that more practicial and efficient. Lenong Betawi also had to compete with the arts brought by immigrants to Jakarta. Immigrants in Jakarta live with the culture and art of their home region and form their own performing arts groups such as Miss Tjitjih, Sandiwara, Wayang Orang, or Sri Mulat. Eventually, these factors had influenced the interest of the society in dealing with Lenong Betawi performances. This has led to many developers of Lenong Betawi in West Jakarta lost their existence due to the decreasing demand for the show. The infrequent performances of Lenong Betawi in the West Jakarta had not decreased the enthusiasts to watch the performance by reason of it had so many purposes; (1) to entertain, (2) to sound advices, and (3) to attain the vow or 'kaul'. The Lenong Betawi had undergone considerable transformation. It had revamped its plot of story, music, and particular properties to significantly adapt modern-day conditions without omissions of the original established-format. Indeed, Lenong Betawi was not exclusively belonged to Betawi people, notwithstanding, people of various ethnic backgrounds could develop this traditional performance.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1) Dr. Sucahyanto, M.Si 2) Drs. Suhardjo, M.Pd
Subjects: Geografi, Antropologi > Geografi
Divisions: FIS > S1 Pendidikan Geografi
Depositing User: sawung yudo
Date Deposited: 14 Apr 2022 05:55
Last Modified: 14 Apr 2022 05:55
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/26671

Actions (login required)

View Item View Item