RACHMAH FOURDIANA, . (2017) STRATEGI SANGGAR DALAM REPRODUKSI BUDAYA BETAWI Studi di Sanggar Tari Ratnasari Anjungan DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
skripsi.pdf Download (0B) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan Sanggar Ratnasari dalam reproduksi budaya guna melestarikan budaya Betawi dan kendala apa yang dihadapinya. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat pada umumnya dan bagi para pemilik sanggar khususnya untuk dijadikan gambaran bagaimana cara mereproduksi kebudayaan di era modern seperti seperti sekarang ini disaat budaya populer semakin berkembang. Ada pun kasus pengklaiman yang dilakukan oleh negara lain terhadap kebudayaan Indonesia memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia untuk terus menjaga kelestarian kesenian budaya Indonesia, terutama dalam penelitian ini adalah masyarakat Betawi untuk terus menjaga kelestarian budaya Betawi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan mendapatkan pemahaman tentang strategi reproduksi budaya yang dilakukan oleh sebuah sanggar. Subjek penelitian ini adalah Sanggar Ratnasari. Penelitian ini dilakukan di Anjungan DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah sejak bulan Februari hingga bulan Mei 2017. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai insrumen utama pengumpul data. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Kemudian teknik analisis data dilakukan dengan memeriksa kebenaran data dengan bukti-bukti data yang lainnya. Adapun kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kebudayaan Raymond Williams dan konsep produksi, distribusi dan penerimaan budaya Griswold yang dijelaskan melalui skema sistem industri budaya Paul Hirch. Temuan penelitian memperlihatkan strategi reproduksi budaya yang dilakukan oleh Sanggar Ratnasari beserta kendala yang dihadapinya dalam proses reproduksi budaya Betawi. Strateginya adalah Sanggar Ratnasari sebagai institusi artis atau institusi utama memproduksi produk kebudayaan yang berupa tarian kreasi tradisional Betawi, kemudiam mensosialisasikannya melalui pendidikan dan pelatihan. Selain itu, sanggar sebagai institusi artis membangun hubungan sosial dengan institusi pasar untuk mengadakan promosi melalui sosial media dan membangun hubungan sosial dengan pasca institusi pasar yang terdiri dari Lembaga Kebudayaan Betawi dan Pemerintah. Sedangkan kendala yang dihadapinya yaitu keterbatasan sumber daya manusia dan keterbatasan modal finansial. This research aims to find out the strategy that is used by Sanggar Ratnasari in culture reproduction in their way to preserve Betawinese culture and what kind of obstacles that they need to overcome. The author hopes that this research can be useful for both the owner of Sanggar Ratnasari and the people widely as an illustration of how to reproduce the culture in this modern era when popular culture is growing significantly. Some „culture claiming‟ cases that happened to Indonesian culture need to be considered as an alarm for us to keep preserving our culture, in this case, the Betawinese culture. This research uses qualitative approach to get a whole understanding about the culture reproduction strategy, with Sanggar Ratnasari as the subject. This research took place in Anjungan DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah from February to May 2017. The researcher played a role as the main instrument who collect the data, which was taken through interviews, observations, and literature study. The data then was analyzed to find its validity using some evidences. The conceptual framework that is used in this research is Raymond William‟s concept of culture and Griswold‟s concept of culture production, distribution, and reception, which is elaborated using Paul Hirch‟s scheme of the system of culture industry. The results reveal both the culture reproduction strategy that is used by Sanggar Ratnasari and the obstacles they faced. The strategy that they use as the artist institution or main institution is to produce the cultural product in form of Betawinese traditional dance then spread it through education and training. Moreover, they also build a strong social relationship with market institution to create some promotions throughout the social media as well as with the post-market institution such as Lembaga Kebudayaan Betawi and the government. Meanwhile, the main obstacles that they faced are the limited number of human resources and the lack of financial support.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1) Achmad Siswanto, M.Si 2) Dr. Robertus Robet, MA |
Subjects: | Ilmu Sosial > Sosiologi |
Divisions: | FIS > S1 Pendidikan Sosiologi |
Depositing User: | sawung yudo |
Date Deposited: | 18 Apr 2022 03:47 |
Last Modified: | 18 Apr 2022 03:47 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/26845 |
Actions (login required)
View Item |