PENGGUNAAN OPOSISI DALAM CERITA RAKYAT NUSANTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

OLFIANA FEBRIATI, . (2015) PENGGUNAAN OPOSISI DALAM CERITA RAKYAT NUSANTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
Isi Skripsi.pdf

Download (2MB)
[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (85kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan oposisi dalam cerita rakyat nusantara. Penelitian ini dilakukan mulai Februari hingga Juni 2015. Fokus penelitian ini terletak pada relasi makna oposisi. penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Objek penelitian ini adalah teks cerita rakyat nusantara dalam 5 cerita yang mewakili 5 pulau besar di Indonesia secara purposive sampling, yaitu berjudul Anak Durhaka Menuai Petaka (Sumatera), Ki Demang Wanapawiro (Jawa), Janji Nyai Undang (Kalimantan), Lahudu (Sulawesi) dan Bertamasya ke Surga (Papua). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan oposisi yang ditemui berjumlah 153 oposisi, terdiri atas 30 (19,6 %) oposisi dalam cerita Anak Durhaka Menuai Petaka (Sumatera), 34 (22,3 %) oposisi dalam cerita Ki Demang Wanapawiro (Jawa), 27 (17,6 %) oposisi dalam cerita Janji Nyai Undang (Kalimantan), 30 (19,6 %) oposisi dalam cerita Lahudu (Sulawesi), dan 32 (20,9 %) oposisi dalam cerita Bertamasya ke Surga (Papua). Berdasarkan jenisnya ditemukan oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial dan oposisi majemuk. Dengan frekuensi terbanyak pada oposisi mutlak yaitu berjumlah 72 (47 %) oposisi dan frekuensi paling sedikit oposisi hierarkial yaitu berjumlah 12 (7,8 %) oposisi. Sedangkan berdasarkan sistemnya ditemukan oposisi antarkata, oposisi antarfrasa dan oposisi antara kata dan frasa. Dengan frekuensi terbanyak pada oposisi antarkata yaitu berjumlah 134 (87,6 %) oposisi dan frekuensi paling sedikit adalah oposisi antara kata dan frasa yaitu berjumlah 4 (2,6%) oposisi. Oposisi mutlak merupakan oposisi yang mempunyai pertentangan secara mutlak. Dua hal yang beroposisi tersebut tidak dapat berlangsung secara bersamaan, tetapi harus bergantian. Sedangkan oposisi antarkata merupakan oposisi yang melibatkan antara kata dan kata. Sehingga proses pemahaman menjadi lebih mudah karena membandingkan pertentangan antara kata dan kata. Maka dari itu pengarang banyak menggunakan dua oposisi ini karena untuk mempermudah pemahaman siswa Sekolah Dasar terhadap makna atau pesan dalam cerita rakyat tersebut. Adapun saran bagi penulis cerita rakyat nusantara yaitu supaya dapat mengembangkan materi atau bahan ceritanya dengan menggunakan pertentangan yang kontras agar lebih mudah dipahami oleh para pembacanya yang mayoritas anak-anak. Sehingga hal tersebut dapat memperkaya kosakata baru bagi anak serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengayaan kodifikasi dalam bentuk kamus dan thesaurus.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Dra. Liliana Muliastuti, M.Pd. ; 2). Aulia Rahmawati, M.Hum.
Subjects: Bahasa dan Kesusastraan > Bahasa Indonesia
Divisions: FBS > S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Users 8922 not found.
Date Deposited: 11 May 2022 05:09
Last Modified: 11 May 2022 05:09
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/27962

Actions (login required)

View Item View Item