FIBTY SETYA NINGSIH, . (2011) HIBRIDASI KULINER TIONGHOA (Studi tentang Pergulatan Identitas Sosial Etnisitas di Restoran Tionghoa Din Tai Fung, Plaza Senayan Arcadia, Jakarta Pusat). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
skripsi Fibty - Sosiologi FIS UNJ.pdf Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini berisikan gambaran konstruksi identitas kuliner Tionghoa di Indonesia dalam sudut pandang sociology of food. Hal itu dilatarbelakangi oleh fenomena eksistensi kuliner di tengah gempuran modernisasi. Keberadaan kuliner eksis tersebut lekat dengan tema besar sebuah ideologi budaya yang mencerminkan identitas tertentu. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan seperti apa dan bagaimana kuliner Tionghoa itu. Juga berusaha menjawab wujud identitas kuliner Tionghoa di tengah dominasi masyarakat muslim Jakarta. Kuliner di sini dapat diartikan sebagai suatu kebutuhan hidup manusia yang berkaitan dengan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi ini dapat bersifat kompleks ketika bersinggungan dengan identitas budaya suatu masyarakat tertentu. Karena, pada identitas budaya peradaban yang kuat, kegiatan konsumsi lekat dengan filosofi, tradisi, serta kepercayaan akan suatu makanan. Maka, secara sosiologis penelitian ini akan lebih menspesifikkan pada kajian identitas terhadap simbolisme makanan Tionghoa. Di mana, kuliner Tionghoa memiliki sistem budaya makanan yang cukup kuat. Penelitian ini menggunakan studi kasus Din Tai Fung Restoran, sebagai tempat di mana terjadinya gejala hibridasi kuliner Tionghoa. Hibridasi kuliner adalah wujud dari pergulatan cita rasa tanpa menghilangkan identitas kuliner ketionghoaannya itu sendiri. Dengan lokasi keberadaan DTF di wilayah pusat Jakarta, sekiranya dapat menggambarkan proses pembentukan identitas kuliner Tionghoa perkotaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk menunjang proses pencarian data secara lebih mendalam. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berdasarkan studi pengamatan terlibat, dengan wawancara dan observasi yang dilakukan sejak September 2005 sampai Desember 2010. Wawancara dan observasi terutama dilakukan pada informan kunci yang berasal dari empat orang informan kunci, dua berasal dari chef DTF dan dua yang lainnya berasal dari dua restoran Tionghoa yang berbeda di Jakarta. Juga berdasarkan informasi dari sembilan informan tambahan, yakni satu orang sebagai asisten manager, tiga orang sebagai public relation, serta lima orang sebagai leader dari masing-masing departemen di DTF restoran. Serta beberapa pendapat dari orang Tionghoa mengenai keberadaan kuliner itu sendiri. DTF adalah jenis usaha waralaba kuliner Tionghoa yang ada di Jakarta. Dalam jaringan pangsa pasarnya di Indonesia, DTF merupakan salah satu restoran bergengsi, yang biasa menjadi tempat konsumsi masyarakat kelas atas Jakarta. Untuk itu, penelitian ini berupaya melihat bagaimana strategi DTF dalam memperkenalkan bisnis kulinernya dalam konteks masyarakat multietnis Indonesia. DTF itu sendiri memiliki ciri khas akan kuliner dimsum dan mie lamian Tionghoa. Dalam strategi bisnisnya di Indonesia, DTF menggunakan konsep makanan halal. Hal itu banyak dipengaruhi oleh sistem sosial masyarakat Indonesia yang didominasi oleh masyarakat muslim. Penyebaran kuliner tradisional Tionghoa tak luput dari dampak komunitas diaspora Tiongkok ke seluruh dunia. Salah satu dampak yang kerap terjadi adalah hibridasi kuliner, yakni penyesuaian makanan tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional dari makanan tersebut. Hibridasi kuliner terjadi sebagai bentuk eksistensi kuliner di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi. Kontestasi penerapan identitas kuliner Tionghoa, terjadi melalui sebuah proses akulturasi budaya. Namun, juga tak sedikit yang tetap mempertahankan nilai-nilai identitas asli keberadaan kuliner Tionghoa di Indonesia di wilayah-wilayah pecinan Jakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peranan komunitas Tionghoa di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap kuliner lokal. Di samping pengenalan kuliner Tionghoa yang semakin meluas, juga kuliner tradisional lokal tak luput dari pengaruh intervensi kuliner Tionghoa. Contohnya, pada kuliner tradisional Indonesia, yakni tahu – tempe, yang merupakan hasil dari penerapan kuliner Tiongkok yang telah mengalami proses akulturasi kuliner. Juga untuk menjaga eksistensi identitas kuliner Tionghoa, penerapan hibridasi kuliner dianggap sebagai jawaban dalam sebuah sistem sosial tradisional yang kuat. Jadi jelas bahwa keberadaan komunitas diaspora Tiongkok di Indonesia, di samping membawa faktor fisik mereka, juga membawa pengaruh terhadap nilai-nilai budaya asli yang mengarah pada budaya homeland mereka. Termasuk pengaruhnya terhadap budaya tradisi dalam sistem kuliner Tionghoa.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1) Yuanita Aprilandini, M.Si 2) Asep Suryana, M.Si |
Subjects: | Ilmu Sosial > Sosiologi |
Divisions: | FIS > S1 Pendidikan Sosiologi |
Depositing User: | sawung yudo |
Date Deposited: | 30 Jun 2022 08:57 |
Last Modified: | 30 Jun 2022 08:57 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/31215 |
Actions (login required)
View Item |