Pemarkah Endofora dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia

SHINTA HANDAYANI, . (2010) Pemarkah Endofora dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
SKRIPSI (1).pdf

Download (4MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pemarkah endofora yang terbagi menjadi anafora dan katafora sebagai pemarkah yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya dan sebagai pembentuk wacana yang padu dalam kumpulan cerita rakyat Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Fokus penelitian ini adalah penggunaan pemarkah endofora. Objek penelitian ini adalah tujuh kumpulan cerita rakyat Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel analisis untuk menganalisis jenis – jenis pemarkah endofora yang muncul dalam kumpulan cerita rakyat Indonesia. Pengambilan objek dilakukan secara acak, sedangkan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi pendeskripsian penggunaan pemarkah endofora berupa anafora dan katafora. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui presentase penggunaan pemarkah anafora dan katafora yang muncul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh cerita rakyat yang terdiri atas 80 paragraf, 406 jumlah kalimat, 321 pasangan kalimat, terdapat 194 pemarkah endofora. Dari jumlah tersebut, pemarkah yang digunakan secara anafora sebanyak 167 buah (80,08%), sedangkan digunakan secara katafora hanya 38 buah (19,58%). Berdasarkan hasil analisis, penggunaan pemarkah endofora yang lebih banyak muncul yakni anafora dibandingkan katafora. Kriteria analisis yang digunakan untuk pemarkah endofora terdiri atas anafora dan katafora yaitu : kata ganti (kata ganti orang, kata ganti penunjuk, kata ganti penghubung, dan kata ganti milik), substitusi (substitusi nominal, substitusi verbal, dan substitusi klausal), penentu pembatas, adverb dan submodifier. Pemarkah endofora yang lebih banyak muncul yakni anafora kata ganti orang sebanyak 69 buah (35,56%), dan katafora kata ganti orang sebanyak 20 buah (10,30%). Hal ini dikarenakan dalam cerita rakyat lebih difokuskan pada tokoh yang diceritakan mulai dari apa yang terjadi dengan tokoh sampai kehidupan sehari – hari sehingga membentuk alur. Selain itu, cerita rakyat mengacu pada hal – hal yang telah terjadi di masa lalu atau mengacu pada unsur sebelumnya yang menyebabkan penulisan cerita rakyat lebih banyak muncul secara anafora dibandingkan dengan katafora. Dengan demikian, hasil penelitian ini lebih banyak ditemukan anafora. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penulis dari tujuh cerita rakyat lebih banyak menggunakan pemarkah endofora berupa anafora kata ganti orang. Penelitian mengenai pemarkah endofora diharapkan agar pembaca dapat memahami dan menggunakan pemarkah dengan tepat. Penggunan pemarkah secara tepat, akan memudahkan pembaca memahami informasi dan pesan yang ingin disampaikan penulis.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Drs. Abdul Chaer ; 2). Liliana Muliatuti, M.Pd.
Subjects: Bahasa dan Kesusastraan > Kesusastraan > Sastra Indonesia
Divisions: FBS > S1 Sastra Indonesia
Depositing User: Users 14614 not found.
Date Deposited: 23 Aug 2022 03:20
Last Modified: 23 Aug 2022 03:20
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/32994

Actions (login required)

View Item View Item