FUNGSI DAN PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN KUDA RENGGONG DI KABUPATEN SUMEDANG, PROVINSI JAWA BARAT

YULIANTI TRESIA, . (2012) FUNGSI DAN PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN KUDA RENGGONG DI KABUPATEN SUMEDANG, PROVINSI JAWA BARAT. Sarjana thesis, Universitas Negeri Jakarta.

[img] Text
YULIANTI TRESIA.pdf

Download (863kB)

Abstract

Hasil Penelitian ini adalah bahwa seni pertunjukan kuda renggong merupakan salah satu seni pertunjukan yang menjadi ciri khas Kabupaten Sumedang. Dari awal periode hingga pada masa sekarang, musik dalam seni pertunjukan kuda renggong mengalami perkembangan untuk tetap bertahan tanpa mengubah keaslian seni pertunjukan kuda renggong. Fungsi dari seni pertunjukan kuda renggong adalah untuk mengiringi anak yang sunatan ke tempat pemandian, untuk khitanan, acara hiburan, dan penyambutan pejabat daerah setempat. Musik iringan dalam seni pertunjukan kuda renggong befungsi untuk mengiringi gerakan kuda menari, dan para penari yang ikut beratraksi dalam pertunjukan kuda renggong. Musik iringan kuda renggong dan juga lagu-lagu yang disajikan dalam seni pertunjukan kuda renggong menjadi unsur terpenting dalam seni pertunjukan kuda renggong, dan kedua hal ini juga semakin berkembang dengan adanya pengaruh budaya asing pada masa sekarang , walaupun tidak mengubah keaslian dari seni pertunjukan kuda renggong. Ada tiga periode perkembangan musik dalam seni pertunjukan kuda renggong yang membuat instrumen dan lagu pada musik pengiring dalam seni pertunjukan kuda renggong ada yang bertambah, berkurang, dan tetap hingga periode ketiga. Pada periode pertama, instrumen yang digunakan antara lain: (1) empat buah Dogdog, (2) sembilan buah Angklung terdiri dari dua buah Angklung Barang, dan Angklung Barang yang kecil disebut Kencir, dua buah Angklung Kenong, dan dua buah Angklung Engklok, dua buah ii Angklung Singgul, dan satu buah Angklung Goong, dengan waditra tambahan Kecrek, Kempul, Goong, dan Terompet. Lagu pada periode pertama kuda renggong adalah Kidung, Kembang Gadung, Goletrak, Wawangsalan, Kadipatenan, Rayak-rayak, Samping Buntut, Buncis, Pileleyan, Wangsit Siliwangi, dan Bincarung Diadu. Pada periode kedua musik kuda renggong, waditra dalam musik kuda renggong berkembang dan mengalami perubahan dan penambahan waditra, yaitu: (1) Ansambel Jidur yang digunakan terdiri dari lima buah Genjring dan satu buah Bedug; (2) Ansambel Kendang Pencak meliputi: dua buah Kendang besar, satu buah Kendang kecil, satu buah Goong kecil (Bende), dan satu buah Terompet; (3) dan instrumen Ketuk Tilu terdiri dari dua buah Ketuk. Sedangkan pada masa periode ketiga atau pada masa sekarang ini, terdapat perubahan dan perkembangan yang lebih pesat dengan adanya penetrasi budaya global dalam musik kuda renggong. Waditra musik kuda renggong pada periode ketiga, antara lain: Klarinet (suling), Fiston, Trombon, Tambur, Jidur, Kecrek, Ketuk, Goong, Gitar Elektrik, dan Sinden. Lagu yang masih tetap bertahan dari awal hingga akhir periode, yaitu: lagu Kidung dan Kembang Gadung yang tetap dinyanyikan pada acara pembuka seni pertunjukan kuda renggong, Wangsit Siliwangi pada acara jalanan, dan lagu Pileleyan yang dinyanyikan pada acara penutup kuda renggong. Implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan seni pertunjukan kuda renggong tetap memiliki regenerasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya, khususnya di Sumedang dengan cara membuat pelatihan khusus untuk melatih kuda dan memainkan instrumen yang mendukung suatu seni pertunjukan kuda renggong.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1.) Gandung Joko Srimoko, S.Sn, M.Sn 2.) Dra. Sri Hermawati, M.Pd
Subjects: Kesenian > Seni Tari
Kesenian > Seni (umum)
Olah Raga dan Seni Pertunjukan > Seni Pertunjukan
Divisions: FBS > S1 Pendidikan Tari
Depositing User: putra putra putra
Date Deposited: 21 Oct 2019 14:27
Last Modified: 21 Oct 2019 14:27
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/370

Actions (login required)

View Item View Item