PERAN SANGGAR SI NORAY DALAM PELESTARIAN BUDAYA BETAWI (1999-2014)

MAYANG NOVRIANDA, . (2023) PERAN SANGGAR SI NORAY DALAM PELESTARIAN BUDAYA BETAWI (1999-2014). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
COVER.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (697kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (758kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (637kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (249kB) | Request a copy
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (421kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (524kB) | Request a copy

Abstract

Mayang Novrianda, “Peran Sanggar Si Noray dalam Pelestarian Budaya Betawi 1999-2014”, Skripsi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2023. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Peran Sanggar Si Noray dalam melestarikan budaya Betawi dari 1999 sampai 2014. Tahun 1999 dipilih menjadi batasan awal dari penelitian ini dikarenakan pada tahun ini mulai berdirinya Sanggar Si Noray yang didirikan oleh salah satu seniman Betawi yaitu Mpok Nori dalam dedikasinya melestarikan kebudayaan Betawi dalam mengatasi pergeseran eksistensi kebudayaan Betawi oleh kebudayaan negara lain sampai dengan tahun 2014. Sanggar Si Noray dipilih oleh peneliti dikarenakan Sanggar Si Noray memiliki peran yang sangat penting dalam pelestarian kebudayaan Betawi terutama pada generasi muda. Sanggar Si Noray menampilkan kesenian dan memperkenalkan kebudayaan Betawi di kemas dengan baik dan membuat konsep Three in one yaitu ada Topeng Betawi, Lenong, dan Gambang Kromong. Agar dapat dinikmati oleh semua kalangan yang nantinya mereka akan tertarik dengan kebudayaan dan kesenian Betawi yang nantinya akan ikut serta menjadi pelestari kebudayaan dan kesenian Betawi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sejarah dengan tahapan Pemilihan topik, heuristik, kritik/verivikasi, interpretasi, dan historiografi, penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif-naratif. Sumber yang digunakan untuk menulis penelitian ini adalah sumber primer yang terdiri dari hasil wawancara dengan Seniman Betawi Ibu Kartini Kisyam dan Mak Engkar selaku penerus Sanggar Si Noray sebagai pelaku seni yang melestarikan kebudayaan Betawi. , serta berbagai Arsip yang terkait dengan tema penelitian, sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah bukubuku serta penelitian terdahulu yang membahas tentang etnis Betawi dan sejarah terbentuknya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Peran Sanggar Si Noray sangat lah berperan penting dalam dedikasinya melestarikan kebudayaan Betawi terutama dalam tradisi yang masih di lestarikan sampai saat ini untuk menjaga lokalitas tradisinya agar tidak tergeser budaya lain.Tradisi yang masih di pertahankan oleh Sanggar Si Noray yaitu adanya tradisi mengajak grupnya untuk melalui tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. Pada tahapan pertama ini biasanya dengan pemasangan spanduk dan tirai yang menjelaskan identitas rombongan yang akan melaksanakan pertunjukan. Kemudian pada tahap kedua diawali dengan adanya ngukus dan sesaji, yang dilakukan didepan waditra bende setelah adzan maghrib. Dalam proses tersebut disediakan berupa kemenyan, serutu yang dibakar, tujuh buah macam minuman, 7 rupa bunga, rujakan, beras, perawanten dan bekakak ayam. Dalam proses inilah waditra rebab, gendang, gong dikukus, dengan berharap pertunjukan akan berjalan dengan sesuai yang di inginkan. waditra bende nantinya akan di perlakukan secara khusus yaitu di balur dengan ai yang sudah di campur 7 rupa bunga. Setelah itu barulah pelaksanaan yang ditandai dengan pemukulan gong ini pun disesuaikan hari pementasan. Kata Kunci: Etnis Betawi, Sejarah , Kebudayaan, Sanggar Si Noray ABSTRACT Mayang Novrianda, "The Role of Sanggar Si Noray in Preserving Betawi Culture 1999-2014", Thesis, Jakarta: History Education Curriculum, Faculty of Social Sciences, Jakarta State University, 2023. This study aims to explain the role of the Noray Studio in preserving Betawi culture from 1999 to 2014. 1999 was chosen as the initial limit of this research because this year the establishment of the Si Noray Studio was started by one of the Betawi artists, namely Mpok Nori in his dedication to preserving Betawi culture in overcoming the shift in the existence of Betawi culture by the culture of other countries until 2014. The Si Noray Studio was chosen by the researcher because the Si Noray Studio has a very important role in preserving Betawi culture, especially in the younger generation. young. The Si Noray Studio displays art and introduces Betawi culture in a well-packaged and three-in-one concept, namely the Betawi Mask, Lenong, and Gambang Kromong. So that it can be enjoyed by all groups who will later be interested in Betawi culture and arts who will later participate in becoming conservationists of Betawi culture and arts. The method used in this study is the historical method with the stages of selecting topics, heuristics, criticism/verification, interpretation, and historiography. This research also uses a descriptive-narrative approach. The sources used to write this research are primary sources consisting of interviews with Betawi artists, Ibu Kartini Kisyam and Mak Engkar, the successors to the Si Noray Studio as artists who preserve Betawi culture. , as well as various archives related to the research theme, while the secondary sources used are books and previous research discussing the Betawi ethnicity and its history. The results of this study indicate that the role of the Si Noray Studio is very important in its dedication to preserving Betawi culture, especially in traditions that are still being preserved today to maintain the locality of the tradition so that it is not displaced by other cultures. The tradition that is still being maintained by the Si Noray Studio is the tradition of inviting the group to go through three stages, namely the stages of preparation, implementation, and closing. In this first stage, usually with the installation of banners and curtains that explain the identity of the group that will carry out the show. Then in the second stage it begins with steaming and offerings, which are carried out in front of the waditra bende after the maghrib call to prayer. In this process, incense, burnt cigars, seven kinds of drinks, seven kinds of flowers, rujakan, rice, nurseries and kakakak chicken are provided. It is in this process that the rebab waditra, drums, gongs are steamed, with the hope that the show will go as desired. waditra bende will be treated specifically, namely covered with water mixed with 7 kinds of flowers. After that, the implementation marked by the beating of the gong was adjusted to the day of the performance. Keywords: Betawi ethnic group, history, culture, Si Noray Studio

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Dra. Ratu Husmiati, M. Hum. 2). Humaidi, S.Pd, M. Hum.
Subjects: Ilmu Sejarah > Heraldik
Ilmu Sejarah > Biografi
Ilmu Sosial > Wanita,Pernikahan dan Keluarga
Ilmu Sosial > Demografi, Penduduk, Ilmu Kependudukan
Tata Rias > Asesoris Pakaian
Divisions: FIS > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: Users 18609 not found.
Date Deposited: 28 Aug 2023 05:18
Last Modified: 28 Aug 2023 05:18
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/39926

Actions (login required)

View Item View Item