PENGUNGKAPAN DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA REMAJA LAKI-LAKI PANTI ASUHAN "DESA PUTERA", JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

JEREMY PUTRA BUDI SALENUSA, . (2024) PENGUNGKAPAN DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA REMAJA LAKI-LAKI PANTI ASUHAN "DESA PUTERA", JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
Cover.pdf

Download (961kB)
[img] Text
Bab 1.pdf

Download (249kB)
[img] Text
Bab 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (345kB) | Request a copy
[img] Text
Bab 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (231kB) | Request a copy
[img] Text
Bab 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (884kB) | Request a copy
[img] Text
Bab 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (188kB) | Request a copy
[img] Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (266kB)
[img] Text
Lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan memiliki kesulitan untuk berkomunikasi kepada orang lain. Banyak dari mereka tinggal tanpa kehadiran bahkan tidak mengetahui keberadaan orang tua. Adanya pengasuh di panti asuhan diharapkan dapat menjadi tempat mereka untuk mengungkapkan diri serta berkomunikasi antar pribadi, namun hal ini terkendala stereotipe gender yang menekan gaya komunikasi anak-anak asuh untuk mengungkapkan diri. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengungkapan diri dalam komunikasi antar pribadi remaja laki-laki Panti Asuhan Desa Putera, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dalam meneliti pembahasan tersebut, peneliti menggunakan teori penetrasi sosial yang dicetuskan Altman dan Taylor, yang mengatakan bahwa hubungan dapat semakin berkembang berkat adanya pengungkapan diri dan setiap orang memiliki lapisan-lapisannya tersendiri yang terdiri dari informasi umum hingga tidak umum. Peneliti menggunakan konsep yaitu teori penetrasi sosial serta pengungkapan diri menurut Littlejohn, dan komunikasi antar pribadi menurut Devito. Teori penetrasi sosial mengatakan bahwa terdapat empat tahapan dalam hubungan melalui pengungkapan diri yaitu orientasi, pertukaran afektif eksplorasi, pertukaran afektif dan pertukaran afektif stabil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian naratif. Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis, dengan unit analisis individu sebagai informan penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian dipilih menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu empat informan dan satu informan kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan diri dalam komunikasi antar pribadi pada remaja laki-laki di Panti Asuhan Desa Putera, Jagakarsa, Jakarta Selatan, belum mencapai tahapan pertukaran afektif dan pertukaran afektif stabil. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak asuh tidak dapat mengungkapkan diri dengan bebas karena memiliki masalah kelekatan yang disebabkan tidak adanya atau kurangnya komunikasi dengan keluarga sejak usia lima tahun. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan adanya unsur-unsur komunikasi antar pribadi yang terjadi di Panti Asuhan Desa Putera, yang dilakukan oleh anak asuh kepada pengasuh maupun sebaliknya. Kesimpulan penelitian ini adalah pengungkapan diri anak asuh dan pengasuh belum mencapai tingkat pengungkapan diri lanjut yaitu pertukaran afektif stabil akibat kelekatan yang tidak terbangun sejak masa kecil serta adanya komunikasi antar pribadi di lingkungan remaja laki-laki panti asuhan. Kata kunci: pengungkapan diri, anak asuh, pengasuh, panti asuhan Foster children living in orphanages have difficulty communicating with others. Many of them live without the presence or even do not know the whereabouts of their parents. The presence of caregivers in orphanages is expected to be a place for them to express themselves and communicate with each other, but this is constrained by gender stereotypes that suppress the communication style of foster children to express themselves. Therefore, the purpose of this study was to determine self-disclosure in interpersonal communication of male adolescents at the Putera Village Orphanage, Jagakarsa, South Jakarta. In examining the discussion, the researcher used the social penetration theory proposed by Altman and Taylor, which states that relationships can develop further thanks to self-disclosure and each person has their own layers consisting of general to uncommon information. The researcher used the concept of social penetration theory and self-disclosure according to Littlejohn, and interpersonal communication according to Devito. The social penetration theory states that there are four stages in a relationship through self-disclosure, namely orientation, exploratory affective exchange, affective exchange, and stable affective exchange. This study uses a qualitative approach with a narrative research type. The research paradigm used is the constructivist paradigm, with the individual analysis unit as the research informant. The research subjects in the study were selected using a nonprobability sampling technique, namely four informants and one key informant. Data collection techniques were carried out by in-depth interviews. Data validity techniques were carried out by source triangulation. The results of this study indicate that self-disclosure in interpersonal communication in adolescent boys at the Putera Village Orphanage, Jagakarsa, South Jakarta, has not reached the stages of affective exchange and stable affective exchange. The results of the study indicate that foster children cannot express themselves freely because they have attachment problems caused by the absence or lack of communication with their families since the age of five. In addition, the results of the study also show that there are elements of interpersonal communication that occur at the Putera Village Orphanage, which are carried out by foster children to caregivers and vice versa. The conclusion of this study is that the self-disclosure of foster children and caregivers has not reached the level of advanced self-disclosure, namely stable affective exchange due to attachment that has not been built since childhood and the existence of interpersonal communication in the environment of adolescent boys at the orphanage. Keywords: self-disclosure, foster children, caregivers, orphanages

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Dr. Maulina Larasati Putri, M.I.Kom. ; 2). Dr. Elisabeth Nugrahaeni P., M.Si.
Subjects: Ilmu Sosial > Kondisi Sosial,Masalah Sosial,Reformasi Sosial
Ilmu Sosial > Komunitas Sosial, Ras dan Kelompok
Ilmu Sosial > Komunikasi
Divisions: FIS > S1 Ilmu Komunikasi
Depositing User: Users 25742 not found.
Date Deposited: 21 Oct 2024 02:37
Last Modified: 21 Oct 2024 02:37
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/51704

Actions (login required)

View Item View Item