SALSABILA MAYDINDA, . (2025) GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI REMAJA YANG ORANG TUANYA BERCERAI BERDASARKAN POLA KELEKATAN. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
![]() |
Text
COVER.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
BAB 1.pdf Download (170kB) |
![]() |
Text
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (329kB) | Request a copy |
![]() |
Text
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (262kB) | Request a copy |
![]() |
Text
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (748kB) | Request a copy |
![]() |
Text
BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (102kB) | Request a copy |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (247kB) |
![]() |
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran keterbukaan diri remaja yang orang tuanya bercerai berdasarkan pola kelekatan yang terbentuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi fenomenologi. Penelitian dilakukan di salah satu SMK Jakarta Timur. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria remaja usia pertengahan usia 15-18 tahun, mengalami perpisahan orang tua sejak masa kanak-kanak, tinggal dengan salah satu orang tua serta memiliki pola kelekatan aman dan pola kelekatan tidak aman. Pola kelekatan diukur dengan instrumen IPPA-R yang menghasikan pola kelekatan aman dan pola kelekatan tidak aman. Sedangkan data keterbukaan diri remaja, diperoleh dengan teknik wawancara yang disusun berdasarkan aspek keterbukaan Social Penetration Theory, dengan 3 informan utama, yakni 1 siswa dengan kelekatan tidak aman dengan ayah dan ibu, 1 siswa dengan kelekatan campuran (kelekatan tidak aman dengan ayah, kelekatan aman dengan ibu), dan 1 siswa dengan kelekatan aman dengan ayah dan ibu, serta informan pendukung, yakni guru BK, wali kelas dan teman dekat yang terdiri dari teman sejak SD, SMP dan teman sekelas di SMK dari masing-masing informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan diri remaja yang orang tuanya bercerai yang memiliki pola kelekatan yang aman dan yang memiliki pola kelekatan tidak aman berada pada tahap afektif dengan tingkat keterbukaan pada lapisan menengah. Remaja dengan orang tua bercerai dan pola kelekatan aman cenderung lebih terbuka kepada teman sebaya, meskipun tidak selalu sepenuhnya. Sementara itu, remaja dengan kelekatan tidak aman juga dapat terbuka secara mendalam apabila mendapat dukungan sosial dan emosional dari teman sebaya. Oleh karena itu, guru BK perlu menyediakan layanan BK yang menciptakan ruang aman dan tidak menghakimi, yang dapat berupa konseling individu, bimbingan kelompok, dan pelatihan peer counselor yang melibatkan teman sebaya, serta perlu adanya pemetaan dan pendampingan khusus bagi siswa yang orang tuanya bercerai. ***** This study aims to describe the self-disclosure of adolescents whose parents are divorced, based on their attachment patterns. Using a qualitative approach with a phenomenological study method, the research was conducted at a vocational high school (SMK) in East Jakarta. Informants were selected through purposive sampling, with criteria including middle adolescence (15–18 years old), experiencing parental separation since childhood, living with one parent, and having either secure or insecure attachment patterns. Attachment patterns were measured using the IPPA-R instrument, resulting in classifications of secure and insecure attachment. Adolescent self-disclosure data were obtained through interviews based on the aspects of self-disclosure in Social Penetration Theory. The study involved three main informants: one student with insecure attachment to both parents, one with a mixed attachment pattern (insecure with father, secure with mother), and one with secure attachment to both parents. Supporting informants included guidance and counseling teachers, homeroom teachers, and close friends—comprising childhood friends, junior high school friends, and current classmates. The findings revealed that self-disclosure among adolescents with divorced parents, whether with secure or insecure attachment patterns, generally falls within the affective stage and the intermediate layer of disclosure. Adolescents with secure attachment tend to be more open with peers, though not always entirely, while those with insecure attachment can also achieve deep self-disclosure when receiving adequate social and emotional support from peers. Therefore, guidance and counseling teachers should provide non-judgmental safe spaces through services such as individual counseling, group guidance, and peer counselor training, as well as conduct mapping and targeted support for students with divorced parents.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1). Dr. Karsih, M.Pd. ; 2). Dr. Happy Karlina Marjo, M.Pd., Kons. |
Subjects: | Pendidikan > Bimbingan dan Konseling |
Divisions: | FIP > S1 Bimbingan Dan Konseling |
Depositing User: | Salsabila Maydinda . |
Date Deposited: | 25 Aug 2025 01:02 |
Last Modified: | 25 Aug 2025 01:02 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/61950 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |