MUHAMMAD COREL SADEWA, . (2022) ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR PEMBAWA ACARA SHABEKURI 007. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
BAB 1.pdf Download (2MB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy |
|
Text
BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (623kB) | Request a copy |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (315kB) |
|
Text
COVER.pdf Download (817kB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh pembawa acara dalam acara talkshow Shabekuri 007 berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987), Ide (1982), serta Mizutani dan Mizutani (1987). Alasan dari pemilihan topik tersebut adalah karena kesantunan berbahasa menjadi suatu hal yang banyak diperbincangkan, terutama ketika memasuki era globalisasi. Kemajuan teknologi komunikasi yang semakin tidak ada batasnya, serta penggunaan bahasa yang semakin beragam membuat kesantunan berbahasa ini menjadi penanda bahwa seseorang memiliki adab atau tatakrama dalam berbahasa. Dalam tuturan, terdapat kemungkinan terjadinya suatu tindakan pengancaman muka yang dilakukan oleh masing-masing pihak yang dapat mengganggu kelancaran proses komunikasi, sehingga terdapat aturan-aturan yang membatasi tindakan penutur dan mitra tutur serta strategi-strategi yang dilakukan agar terjalin komunikasi yang baik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak bebas libat cakap dan dianalisis menggunakan metode padan pragmatik. Hasil penelitian kemudian dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah dari 106 tuturan yang ditemukan dalam acara Shabekuri 007 terdapat enam penanda kesantunan berbahasa Mizutani dan Mizutani (1987), yaitu perubahan intonasi, penggunaan partikel pada akhir kalimat, penggunaan kalimat yang terkesan ragu-ragu, aizuchi, pemakaian bahasa Jepang yang santun dan halus, dan penyampaian maksud keinginan secara tidak langsung. Kemudian berdasarkan aturan kesantunan berbahasa Ide (1982) terdapat 71 tuturan yang mengabaikan aturan tersebut dan 35 tuturan yang memenuhi aturan tersebut. Aturan tersebut terdiri dari berlaku santun terhadap orang yang memiliki kedudukan yang tinggi, memiliki kekuasaan yang lebih besar, dan terhadap orang yang lebih tua. Kemudian strategi kesantunan Brown dan Levinson (1987) yang digunakan dalam acara Shabekuri 007 terdiri dari strategi kesantunan negatif, strategi on-record, strategi kesantunan positif, dan strategi off-record. Tujuan dilakukannya strategi-strategi tersebut adalah untuk menghindari ketidaknyamanan mitra tutur terhadap tuturan yang dilakukan oleh penutur. This study aims to describe the language politeness which used by presenters in the talk show Shabekuri 007 based on the theories proposed by Brown and Levinson (1987), Ide (1982), and Mizutani and Mizutani (1987). The reason for choosing this topic is because politeness in language is widely discussed, especially when entering the globalization era. The advances of communication technology that are increasingly limitless, as well as the usage of increasingly diverse languages make this language politeness is a sign that someone has etiquette or manners in language. In speech, there is the possibility of a face-threatening act carried out by each party that can interfere the communication process, so that there are rules that limit the actions of speakers and speech partners as well as strategies used to establish a good communication. This study’s data was collected using the free-to-talk method and analyzed using the pragmatic equivalent method. The results of the study were then described descriptively. The results of this study are from the 106 utterances found in the Shabekuri 007 program, there are six signs of politeness in Mizutani and Mizutani (1987), namely changes in intonation, use of particles at the end of sentences, use of sentences that seem hesitant, aizuchi, use of polite Japanese, and conveying the intention of the desire indirectly. Then, based on the Ide language politeness rules (1982) there are 71 utterances that ignore these rules and 35 utterances that fulfill these rules. The rules consist of being polite to people who have a high position, have more power, and to people who are older. Then, Brown and Levinson's (1987) politeness strategies used in the Shabekuri 007 program consist of negative politeness strategies, on-record strategies, positive politeness strategies, and off-record strategies. The purpose of doing these strategies is to avoid the inconvenience of the speech partner to the speech made by the speaker.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1. Dr. Komara Mulya, M.Ed. 2. Dwi Astuti Retno Lestari, M.Si., M.Ed. |
Subjects: | Bahasa dan Kesusastraan > Linguistik Bahasa dan Kesusastraan > Bahasa Jepang |
Divisions: | FBS > S1 Pendidikan Bahasa Jepang |
Depositing User: | Users 13537 not found. |
Date Deposited: | 04 Mar 2022 02:50 |
Last Modified: | 17 May 2022 06:44 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/22935 |
Actions (login required)
View Item |