PAKELIRAN WAYANG KULIT KI MANTEB SOEDHARSONO TAHUN (1987-2010)

BERNADUS BAYU, . (2011) PAKELIRAN WAYANG KULIT KI MANTEB SOEDHARSONO TAHUN (1987-2010). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
DAFTAR ISI - DAFTAR ISTILAH - DAFTAR SINGKATAN - DAFTAR LAMPIRAN.pdf

Download (37kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (155kB)
[img] Text
BAB III..pdf

Download (228kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (172kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (127kB)
[img] Text
PERNYATAAN KEASLIAN, LEMBAR PENGESAHAN, ABSTRAK, MOTTO, KATA PENGANTAR.pdf

Download (507kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (114kB)
[img] Text
LAMPIRAN FOTO.pdf

Download (2MB)
[img]
Preview
Image
LEMBAR PERNYATAAN.jpg

Download (615kB) | Preview
[img]
Preview
Image
LEMBAR PENGESAHAN.jpg

Download (471kB) | Preview
[img] Text
riwayat hidup.pdf

Download (17kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan Pakeliran Wayang Kulit Ki Manteb Soedharsono dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2010. Pada penelitian ini diawali pada tahun 1987, dimana Ki Manteb menggebrak Banjaran Bima sebanyak 12 episode dan akhirnya Ki Manteb berhasil menyelesaikannya. Kemudian batasan akhir pada tahun 2010, Ki Manteb mendapat penghargaan Nikkei Asia Prize Award ditujukan untuk “orang asia” yang memiliki perstasi luar biasa dalam bidang pertumbuhan regional, sains, teknologi dan inovasi terhadap budaya. Ki Manteb Soedharsono dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1948 di desa Jatimalang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Ki Manteb lahir di lingkungan keluarga seorang dalang wayang kulit, ayahnya bernama Ki Hardjo Brahim dan Ibunya bernama Nyi Darti. Ki Manteb Soedharsono mendapatkan ilmu mendalang wayang kulit tidak hanya dari lingkungan keluarga saja, tetapi juga mendapatkan didikan dari sekolah. Kemudian Ki Manteb Soedharsono melatih bakat terpendamnya melaluli hobbynya menonton film Kungfu dan belajar dari ketiga orang Dalang senior yaitu, Ki Warseno Kethek, Ki Sudarman Gondodharsono dan Ki Narto Sabdo. Pada Tahun 1987 Ki Manteb Soedharsono mendapatkan tantangan dari Pak Sudarko Prawiroyudo, beliau adalah seorang mantan wartawan yang kemudian menjadi anggota DPR-RI, untuk melakukan pakeliran Wayang kulit dengan berjudul Banjaran Bima dengan cerita 12 episode diantaranya: Bima Bungkus, Bale Singala-gala, Gandamana Sayembara, Babad Wanamarta, Sesaji Raja Surya, Dewa Ruci, Bima Suci, Pandawa Dadu, Wiratha Parwa, Dursasana Jambak, Duryudana Gugur dan terakhir Pandawa Moksa. Pada Tahun 1990 Ki Manteb Soedharsono mendapatkan tawaran menjadi model iklan obat oskadon dan Ki Manteb Soedharsono Menerima tawaran tersebut dengan catatan, tampilan /setting iklan menggunakan pakeliran wayang kulit kemudian dijadikan model setting iklan, dan akhirnya iklan obat oskadon tersebut dapat menembus pasaran, sehingga karir Ki Manteb Soedharsono pun ikut naik. Pada tahun 1998, Ki Manteb Sodharsono menggelar pertunjukan kolosal di Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah. Dengan lakon Rama Tambak dan di dampingi oleh Dirjen Kebudayaan Edi Sediati, yang dimana dalam lakon ini menceritakan, Prabu Rama yang hendak ke Alengka untuk menyelamatkan Dewi Sinta, cerita ini sebuah inspirasi dalam mengatasi krisis ekonomi di Indonesia yang tengah dihadapi bangsa ini, pergelaran yang sukses ini mendapat dukungan dari pakar wayang STSI. Pada tahun 2004, Ki Manteb Soedharsono memecahkan rekor MURI mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat. Setelah itu pada 21 Mei 2004 Ki Manteb Soedharsono, mendapatkan amanat dari PEPADI untuk berangkat ke UNESCO di Paris, perwakilan Indonesia untuk mengambil penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Indonesia, terhadap pengakuan bahwa wayang adalah milik Indonesia, sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity untuk wayang Indonesia. Pada bulan Mei 2010, Ki Manteb Soedharsono kembali mendapatkan Nikkei Asia Prize Award 2010 di bidang budaya dari Jepang dan kemudian Ki Manteb Soedharsono langsung menuju Jepang untuk menerima penghargaan tersebut. Dan penghargaan tersebut hanya diberikan untuk “Orang Asia” seperti Ki Manteb Soedharsono lewat prestasi luar biasa, yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pertumbuhan regional, sains, teknologi dan inovasi terhadap budaya, seperti halnya; olah sabet, memodifikasi alat musik gamelan dengan alat musik moderen, membuat skenario cerita dan dapat menata tampilan pakeliran wayang kulit Ki Manteb Soedharsono menjadi menarik untuk di toton dikarenakan pada tampilan layar menggunakan seting lampu holo yang dapat memberikan efek pada saat menampilkan adegan perang, sehinggga penonton merasa senang melihat pagelaran Ki Manteb Soedharsono, baik orang tua maupun anak muda.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1) Abdul Syukur, M. Hum 2) Nur’aini Martha, M. Hum
Subjects: Ilmu Sejarah > Aneka Ragam Sejarah dan Teori Sejarah
Divisions: FIS > S1 Pendidikan Sejarah
Depositing User: sawung yudo
Date Deposited: 30 Jun 2022 03:24
Last Modified: 30 Jun 2022 03:24
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/31099

Actions (login required)

View Item View Item