FAHRUL RIZAL, . (2025) PEMERTAHANAN BAHASA TAE’ DI KABUPATEN LUWU. Doktor thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
![]() |
Text
File COVER.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
File BAB 1.pdf Download (996kB) |
![]() |
Text
File BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (864kB) | Request a copy |
![]() |
Text
File BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (622kB) | Request a copy |
![]() |
Text
File BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
![]() |
Text
File BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (872kB) | Request a copy |
![]() |
Text
File BAB 6.pdf Restricted to Registered users only Download (571kB) | Request a copy |
![]() |
Text
File DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (524kB) |
![]() |
Text
File LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK Pemertahanan bahasa adalah langkah strategis dalam menjaga identitas dan warisan budaya suatu komunitas. Bahasa Tae’, sebagai bahasa daerah di Kabupaten Luwu, memiliki nilai historis dan kultural tinggi yang perlu dipertahankan. Penelitian ini bertujuan menganalisis penggunaan, sikap masyarakat, dan strategi pemertahanan bahasa Tae’ di kabupaten Luwu dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Instrumen kuantitatif berupa kuesioner untuk mengukur tingkat penggunaan dan sikap masyarakat terhadap bahasa Tae’, sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasitasi dengan peneliti sebagai instrumen utama. Data dianalisis dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, data kuesioner dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan persentase dan skala Likert (1–5) untuk melihat kecenderungan penggunaan bahasa serta sikap informan. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan teori Miles dan Huberman melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Tae’ bervariasi. Di Desa Pasamai, bahasa Tae’ masih digunakan secara aktif dan berada dalam kondisi aman. Di Kelurahan Balo-Balo, penggunaannya mulai melemah dan tergolong rentan, sementara di Kelurahan Senga, kondisi penggunaan bahasa sudah terancam. Sikap masyarakat terhadap bahasa Tae’ menunjukkan variasi. Pasamai memiliki rasa kesetiaan dan kebanggaan tinggi, namun kesadaran norma rendah. Di Balo-Balo, kebanggaan tinggi, tetapi kesetiaan mulai rendah dan kesadaran norma sangat rendah. Sementara di Senga, meski masih bangga, kesetiaan dan kesadaran norma sangat rendah. Strategi pemertahanan bahasa Tae’ dilakukan secara kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan tokoh budaya. Masyarakat Desa Pasamai mempertahankan bahasanya melalui pembiasaan dalam keluarga dan budaya Massureq: Makkelong-kelong (nyanyian khas Luwu saat menidurkan anak). Di Balo-Balo, pembelajaran bahasa Tae’ sebagai muatan lokal di sekolah dan bahasa Tae’ dihadirkan secara kreatif di ruang publik. Di Senga, pemertahanan dilakukan dengan budaya Pabbengan Sanga (pemberian nama dan gelar) kepada anak dalam bahasa Tae’ serta penghidupan kembali cerita rakyat. Pemerintah Kabupaten Luwu menunjukkan komitmennya melalui program Jumat bersarung dan berbahasa Tae’, pendirian sekolah budaya, serta penggunaan bahasa Tae’ dalam pesan-pesan publik di kantor pemerintahan. DPRD Luwu turut memperkuat langkah ini melalui Perda berbasis muatan lokal dan mendorong penyelenggaraan lomba pidato berbahasa Tae’. Tidak kalah penting, Kedatuan Luwu sebagai penjaga nilai adat menetapkan kawasan pusaka berbahasa Tae’, menyelenggarakan upacara adat dengan falsafah Luwu, memproduksi cerita dan film dalam bahasa Tae’, serta mendorong pemeberian penghargaan kepada individu dan kelompok yang konsisten melestarikan kebudayaan Luwu. Kata Kunci: Bahasa Tae’, pemertahanan bahasa, penggunaan bahasa, sikap masyarakat, strategi pemertahanan. ***** ABSTRACT Language maintenance is a strategic effort to preserve the identity and cultural heritage of a community. Tae’ language, as a local language in Luwu Regency, carries high historical and cultural value that must be maintained. This study aims to analyze the use, community attitudes, and strategies of Tae’ language maintenance in Luwu Regency through quantitative and qualitative approaches. The quantitative instrument was a questionnaire used to measure the level of language use and attitudes toward Tae’, while the qualitative approach was carried out through interviews, observations, and documentation, with the researcher serving as the main instrument. Data were analyzed by combining quantitative and qualitative approaches. Quantitatively, questionnaire data were analyzed using descriptive statistics with percentages and a Likert scale (1–5) to identify tendencies in language use and informants’ attitudes. Qualitatively, analysis referred to Miles and Huberman’s framework, which includes data reduction, data display, and conclusion drawing. The findings show that Tae’ language use varies. In Pasamai Village, Tae’ is still actively used and remains in a safe condition. In Balo-Balo Sub-district, its use has weakened and is categorized as vulnerable, while in Senga Sub-district, language use is already endangered. Community attitudes toward Tae’ also vary. In Pasamai, loyalty and pride are high, but normative awareness is low. In Balo-Balo, pride remains high, but loyalty is declining and normative awareness is very low. In Senga, although pride persists, loyalty and normative awareness are very low. Strategies for maintaining Tae’ language are implemented collaboratively by the community, government, and cultural leaders. In Pasamai, language is maintained through family habituation and the Massureq-based culture: Makkelong-kelong (a traditional Luwu lullaby). In Balo-Balo, Tae’ is preserved through local content in schools and creative use in public spaces. In Senga, maintenance is conducted through the pabbengan sanga tradition (giving names and titles in Tae’) and revitalizing folklore. The Luwu Regency government shows its commitment through programs such as “Friday in Sarong and Tae’ Language,” the establishment of cultural schools, and the use of Tae’ in public messages within government offices. The Luwu Regional House of Representatives (DPRD) supports these efforts through local content regulations and by promoting Tae’ speech competitions. Equally important, the Kedatuan Luwu, as the guardian of customary values, has designated heritage areas for Tae’ language, organized traditional ceremonies based on Luwu philosophy, produced stories and films in Tae’, and granted awards to individuals and groups consistently preserving Luwu culture. Keywords: Tae’ language, language maintenance, language use, community attitudes, maintenance strategies.
Item Type: | Thesis (Doktor) |
---|---|
Additional Information: | 1). Prof. Dr. Muchlas Suseno, M.Pd 2). Prof. Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd |
Subjects: | Bahasa dan Kesusastraan > Linguistik Bahasa dan Kesusastraan > Bahasa Inggris Bahasa dan Kesusastraan > Bahasa Indonesia |
Divisions: | PASCASARJANA > S3 Linguistik Terapan |
Depositing User: | Fahrul Rizal . |
Date Deposited: | 09 Oct 2025 02:55 |
Last Modified: | 09 Oct 2025 02:55 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/62654 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |