WIRYADI SEPTYO RAHARJO, . (2011) REKONSTRUKSI IDENTITAS KEBETAWIAN: PLURALISME MASYARAKAT BETAWI UDIK KAMPUNG SAWAH, BEKASI. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
Bab I.pdf Download (94kB) |
|
Text
belum masuk pembahasan.pdf Download (52kB) |
|
Text
Bab V.pdf Download (39kB) |
|
Text
Bab II.pdf Download (487kB) |
|
Text
Bab III.pdf Download (416kB) |
|
Text
Bab IV.pdf Download (331kB) |
|
Text
COVER.pdf Download (11kB) |
|
Text
Biodata Penulis.pdf Download (23kB) |
|
Text
LAMPIRAN HC.pdf Download (32kB) |
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (15kB) |
Abstract
Selama ini Betawi identik dengan Keislaman. Berbagai penelitian telah dilakukan, namun kesimpulan yang ada dari tiap penelitian tersebut tak jarang justru bertentangan, bahkan, benturan itu juga terjadi dengan individu-individu yang bersuku Betawi. Salah satu dari dasar perdebatan tersebut adalah agama apa yang menjadi nilai inti budaya Betawi. Banyak kalangan yang menganggap Islam sebagai agama yang menjadi nilai inti budaya Betawi. Namun, pendapat ini terlihat berbeda di sebuah daerah pinggiran Jakarta, yakni terdapat suku Betawi yang sudah sejak satu abad lebih yang lalu memiliki komunitas Betawi yang beragama Kristen. Kala suku Betawi di wilayah lain “sibuk memprotes” keberadaan komunitas Betawi Kristen di wilayah ini, komunitas Betawi Islam Kampung Sawah justru sudah sedari dulu membangun harmoni kehidupan bersama sebagai sebuah kesatuan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara peneliti tinggal di wilayah penelitian. Hal ini peneliti lakukan agar peneliti bisa menangkap berbagai macam gejala, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Data diambil dengan cara melakukan observasi partisipan, yaitu ikut menjalani keseharian mereka, wawancara mendalam pada beberapa tokoh masyarakat, wawancara sambil lalu, dan kajian dokumen. Tehnik ini tepat guna untuk memahami bagaimana cara dua komunitas etnis keagamaan Betawi Kampung Sawah membangun integrasi. Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa Orang Kampung Sawah memiliki semangat pluralisme karena sejak kecil mereka selalu ditanamkan bahwa agama merupakan wilayah privat yang tidak bisa diganggu gugat keberadaannya. Setelah keintiman hubungan sosial mereka agak berkurang akibat perubahan sosial di lingkungan setempat, pluralisme ini dijaga keberlangsungannya dengan cara tiap komunitas etnis keagamaan di sana membuat pola intermediasi. Pluralisme sendiri di masa kini dipraktekkan dengan wujud kolektivisme pada upacara adat dan pementasan kesenian lokal. Di samping itu, praktek pluralisme bisa dilihat dalam suasana berdramaturgi di ruang publik. Meskipun tiap komunitas etnis keagamaan memiliki stereotip satu sama lainnya namun ketika bertemu di ruang publik hal tersebut tidak lantas “diimplementasikan” kepada perilaku mereka. Justru sebaliknya, di ruang publik inilah segala bentuk kerjasama antar komunitas etnis keagamaan Betawi di sana berawal.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1) Asep Suryana, M.Si 2) Yuanita Aprilandini, M. Si |
Subjects: | Ilmu Sosial > Sosiologi |
Divisions: | FIS > S1 Pendidikan Sosiologi |
Depositing User: | sawung yudo |
Date Deposited: | 30 Jun 2022 08:54 |
Last Modified: | 30 Jun 2022 08:54 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/31213 |
Actions (login required)
View Item |