TRADISI CAROK PADA MASYARAKAT MADURA (Studi Kasus 4 Warga Desa Neroh, Kec. Modung Kab. Bangkalan, Madura)

AMILIA RASMIDA, . (2022) TRADISI CAROK PADA MASYARAKAT MADURA (Studi Kasus 4 Warga Desa Neroh, Kec. Modung Kab. Bangkalan, Madura). Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
Amilia Rasmida_4825151705_Sosiologi.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna, fungsi, nilai, dan carok bagi masyarakat di Desa Neroh, Madura. Sementara carok memiliki stigma negatif karena unsur kekerasan yang diusung dalam kebudayaan tersebut yang bertentangan dengan nilai dan norma agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data penelitian ini di peroleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara dengan empat subjek penelitian masyarakat lokal Desa Neroh. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Neroh, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan pada bulan Juni 2018 – Februari 2020. Penulis menggunakan teori struktural fungsional Durkheim dan dikaitkan dengan konsep main hakim sendiri dan kekerasan dalam menganalisa hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa carok yang ada di masyarakat Desa Neroh sangat beragam. Carok yang diyakini setiap warga Desa berbeda-beda begitupun fungsi dan nilai carok. Carok, yang menjadi nilai kebudayaan bagi beberapa orang Madura, memiliki dua kubu yang menerima dan menolak carok. Walaupun sudah jarang terjadi, carok merupakan salah satu pilihan sebagian orang Madura yang setuju untuk mempertahankan harga diri yang dilecehkan oleh orang lain. Namun, di sisi lain, carok menjadi bukti nilai main hakim sendiri dan kekerasan langsung di Madura. Carok disisi lain tidak lagi relevan untuk menyelesaikan masalah, karena mereka mengganggap bahwa kekerasan dan main hakim sendiri bukan selalu menjadi jawaban dari masalah. ************************************************************ This study aims to describe the meaning, function, value, and carok for the community in Neroh Village, Madura. Meanwhile, carok has a negative stigma because the elements of violence that are carried in the culture are contrary to religious values and norms. This research uses a qualitative approach with a case study method. The data for this research were obtained through observation, documentation, and interviews with four research subjects from the local community of Neroh Village. The research location is in Neroh Village, Modung District, Bangkalan Regency in June 2018 – February 2020. The author uses Durkheim's structural-functional theory and is associated with the vigilante concept in analyzing the research results. The results of this study indicate that the carok of the Neroh village community is very diverse. The carok that is believed by every citizen is different as well as the function and value of the carok. Carok, which is a cultural value for some Madurese, has two camps that accept and reject carok. Although it is rare, carok is one of the choices of some Madurese who intend to maintain their self-respect who has been abused by others. On the other hand, carok is a proof of the value of vigilantism and direct violence in Madura. Carok, on the other hand, are no longer relevant to solving problems, because they assume that violence and vigilantism are not always the answer to problems.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1). Umar Baihaqki, M.Si. ; 2). Suyuti, S.Pd.I., M.Pd.
Subjects: Ilmu Sosial > Sosiologi
Divisions: FIS > S1 Sosiologi
Depositing User: sawung yudo
Date Deposited: 08 Oct 2024 02:03
Last Modified: 08 Oct 2024 02:03
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/51393

Actions (login required)

View Item View Item