SITI NUR AISYAH, . (2024) ZONASI KEBUDAYAAN BETAWI - SUNDA DI WILAYAH KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Text
COVER.pdf Download (493kB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (410kB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (170kB) | Request a copy |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (211kB) | Request a copy |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (273kB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk perubahan sosial difusi budaya dan pengaruhnya pada identitas kebudayaan masyarakat Betawi - Sunda di Kota Depok, dan juga bertujuan untuk menganalisis bagaimana zonasi kebudayaan Betawi - Sunda terutama pada aspek bahasa dan keseniannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yang dilengkapi dengan observasi, studi literatur dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikkan kesimpulan, kemudian diuji keabsahan data melalui triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zonasi kebudayaan di Kota Depok terbagi menjadi tiga zona yaitu; (1) Zona wilayah dominasi budaya Betawi ora yang terdapat di Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cinere, Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Cimanggis, (2) Zona wilayah dominasi budaya Melayu Betawi yang terdapat di kecamatan Limo dan Kecamatan Sukmajaya, (3) Zona wilayah dominasi budaya Sunda berada di Kecamatan Cilodong dan Tapos. Zonasi ini diklasifikasikan berdasarkan ciri kebudayaan yaitu; komunikasi melalui bahasa daerah dengan sesama komunitasnya, pola perilaku berdasarkan adat istiadat, memiliki rasa saling terikat dengan sesama golongannya, cenderung menggolongkan diri kepada komunitas tertentu, dan faktor keturunan/kekerabatan. Kota Depok juga difungsikan sebagai dormitary town atau wilayah mukim bagi tergesernya penduduk asli Jakarta. Kedatangan penduduk urban ini menyebabkan adanya difusi budaya dan menghasilkan kesenian dan dialek bahasa hasil percampuran dari budaya Betawi dan budaya Sunda. Bahasa Betawi Depok, Tari Topeng Cisalak, Gamelan Ajeng, Rebana Biang, dan tradisi Rebut Dandang merupakan hasil percampuran kedua kebudayaan tersebut. ***** This study aims to analyze the form of social change of cultural diffusion and its influence on the cultural identity of the Betawi - Sundanese community in Depok City, and also aims to find out how the zoning form of Betawi - Sundanese culture, especially in aspects of language and art. This study used a descriptive qualitative research approach complemented by observation, literature study and in-depth interviews. The data analysis techniques used in this study are data reduction, data presentation, and conclusion drawing, then tested for data validity through source triangulation. The results of this study show that cultural zoning in Depok City is divided into three zones, namely; (1) the zone of Betawi cultural dominance area found in Bojongsari District, Sawangan District, Cinere District, Beji District, Pancoran Mas District, Cipayung District and Cimanggis District, (2) Betawi Malay cultural dominance area zone found in Limo District and Sukmajaya District, (3) Sundanese cultural dominance area zone is in Cilodong and Tapos Districts. This zoning is classified based on cultural characteristics, namely; Communication through regional languages with fellow communities, behavior patterns based on customs, having a sense of bonding with fellow groups, tending to classify to certain communities, and heredity/kinship factors. Depok City also functions as a dormitary town bag for the displacement of native Jakartans. The arrival of this urban population caused cultural diffusion and produced arts and dialects of the language as a mixture of Betawi culture and Sundanese culture. Depok Betawi language, Tari Topeng Cisalak, Gamelan Ajeng, Rebana Biang and Rebut Dandang tradition are the result of a mixture of these two cultures.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Additional Information: | 1). Prof. Dr. Muhammad Zid, M.Si. ; 2). Dr. Ode Sofyan Hardi S.Pd., M.Si., M.Pd. |
Subjects: | Geografi, Antropologi > Budaya, Adat Istiadat |
Divisions: | FIS > S1 Pendidikan Geografi |
Depositing User: | Users 21020 not found. |
Date Deposited: | 29 Jan 2024 06:48 |
Last Modified: | 29 Jan 2024 06:48 |
URI: | http://repository.unj.ac.id/id/eprint/43478 |
Actions (login required)
View Item |