NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN BELUK DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

D. NURFAJRIN NINGSIH, . (2022) NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN BELUK DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG. Doktor thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
COVER.pdf

Download (602kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (340kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (464kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (536kB) | Request a copy
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy
[img] Text
BAB 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (125kB) | Request a copy
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (186kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Tradisi lisan Beluk berasal dari tradisi ngahuma yang berfungsi sebagai media komunikasi petani. Bentuk nyanyian Beluk dengan nada-nada tinggi, mengalun dan meliuk-liuk adalah bagian dari ekspresi masyarakat ladang saat berkomunikasi dengan sesama komunitasnya yang mempunyai pola tinggal menetap namun saling berjauhan. Tradisi ini memproyeksikan kehidupan, memiliki fungsi yang kuat dalam masyarakat, dan mengandung kearifan lokal yang dijadikan acuan dalam berprilaku. Tradisi lisan Beluk juga diwariskan secara turun temurun dan digunakan secara berkesinambungan dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan lingkaran hidup masyarakat. Namun pengaruh berbagai faktor menyebabkan tradisi lisan Beluk semakin terpinggirkan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, bahkan dikatakan mati suri. Fokus penelitian ini adalah nilai kearifan lokal dalam tradisi lisan Beluk di kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang, dan sub fokusnya performansi tradisi lisan, nilai kearifan lokal, dan bentuk revitalisasinya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dilengkapi dengan pendekatan antropolinguistik. Data diperoleh dari hasil observasi partisipan, rekaman, serta wawancara dengan para penembang Beluk yang tergabung dalam grup Mitra Buhun Cahaya Mekar di desa Rancakalong kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa, (1) performansi tradisi lisan Beluk terdiri atas rangkaian tindakan, teks, konteks, dan koteks yang saling mengikat dan mempengaruhi. Berdasarkan performansinya tradisi lisan Beluk merupakan bentuk komunikasi penyampaian nasihat dari performer kepada audiensnya. Jika secara umum, nasihat disampaikan melalui intonasi yang standar, bahkan cenderung agak rendah dengan tujuan menyadarkan pendengarnya, akan tetapi dalam Beluk pola penyampaian nasihat juga bisa disampaikan melalui intonasi (prosidik) yang tinggi bahkan melengking. Hal ini menunjukkan bahwa performansi di suatu komunitas tutur tidak bisa digeneralisasikan; (2) terdapat nilai kearifan lokal yang dikategorikan berdasarkan makna, fungsi, nilai, dan norma. Kearifan lokal lainnya diperoleh berdasarkan pemaknaan makanan atau sesaji yang digunakan dalam pertunjukan berdasarkan tinjauan gastronomi, dan idiom-idiom yang digunakan dalam pertunjukan; (3) bentuk revitalisasi Beluk melalui digitalisasi, publikasi dan sosialisasi pada masyarakat yang dilaksanakan melalui tahapan inventarisasi, publikasi, pengembangan dan pemanfaatan ke dalam bentuk digital berupa film dokumenter, aplikasi berbasis android, dan industry kreatif. Selanjutnya sosialisasi untuk memberikan pemahaman dan penguatan berkaitan dengan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi lisan Beluk. Dengan demikian nilai kearifan lokal sebagai penyeimbang kehidupan masyarakat akan terdokumentasi dan dikenal oleh masyarakat. *************** The Beluk oral tradition comes from the ngahuma tradition which functions as a medium of communication for farmers. The form of Beluk's singing with high notes, flowing and twisting is part of the expression of the people of the fields when communicating with their fellow communities who have a pattern of living permanently but far from each other. This tradition projects life, has a strong function in society, and contains local wisdom that is used as a reference in behavior. The Beluk oral tradition is also passed down from generation to generation and is used continuously in various activities related to the community's life circle. However, the influence of various factors causes the Beluk oral tradition to be increasingly marginalized in the socio-cultural life of the community, even being said to be in suspended animation. The focus of this research is the value of local wisdom in the Beluk oral tradition in Rancakalong sub-district, Sumedang district, and the sub-focus is the performance of oral tradition, the value of local wisdom, and the form of its revitalization. This study uses an ethnographic method complemented by an anthropolinguistic approach. Data were obtained from participant observations, recordings, and interviews with Beluk singers who are members of the Mitra Buhun Cahaya Mekar group in Rancakalong village, Sumedang district. Based on the results of the study, it can be stated that, (1) the performance of the Beluk oral tradition consists of a series of actions, texts, contexts, and contexts that bind and influence each other. Based on the performance, the Beluk oral tradition is a form of communication to deliver advice from the performer to the audience. In general, advice is conveyed through standard intonation, even tends to be a bit low with the aim of awakening the listener, but in Beluk the pattern of delivering advice can also be conveyed through high (prosidical) intonation and even shrill. This shows that performance in a speech community cannot be generalized; (2) there are local wisdom values which are categorized based on meaning, function, value, and norms. Other local wisdom is obtained based on the meaning of food or offerings used in the show based on gastronomic reviews, and idioms used in the show; (3) the form of Beluk revitalization through digitization, publication and socialization to the community which is carried out through the stages of inventory, publication, development and utilization into digital form in the form of documentaries, android-based applications, and creative industries. Furthermore, socialization to provide understanding and strengthening related to the value of local wisdom contained in the Beluk oral tradition. Thus the value of local wisdom as a counterweight to people's lives will be documented and known by the community. Keywords: local wisdom, performance, and revitalization of Beluk.

Item Type: Thesis (Doktor)
Additional Information: 1). Prof.Dr. Aceng Rahmat, M.Pd. ; 2). Prof.Dr. Ninuk Lustyantie, M.Pd.
Subjects: Bahasa dan Kesusastraan > Linguistik
Divisions: PASCASARJANA > S3 Linguistik Terapan
Depositing User: Users 13101 not found.
Date Deposited: 26 Feb 2022 01:11
Last Modified: 26 Feb 2022 01:11
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/22729

Actions (login required)

View Item View Item