PELARIAN DIRI ALICE : HIPERREALITAS DALAM NOVEL ALICE’S ADVENTURES IN WONDERLAND OLEH LEWIS CAROLL

LIA NURMALIA, . (2017) PELARIAN DIRI ALICE : HIPERREALITAS DALAM NOVEL ALICE’S ADVENTURES IN WONDERLAND OLEH LEWIS CAROLL. Sarjana thesis, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.

[img] Text
CHAPTER V.pdf

Download (40kB)
[img] Text
CHAPTER I.pdf

Download (64kB)
[img] Text
CHAPTER II.pdf

Download (93kB)
[img] Text
CHAPTER III.pdf

Download (53kB)
[img] Text
CHAPTER IV.pdf

Download (298kB)
[img] Text
LEMBAR PENGESAHAN, ABSTRACT, ACKNOWLEDGEMENT, TABLE OF CONTE.pdf

Download (53kB)
[img]
Preview
Image
IMG-20170213-WA0000.jpg

Download (62kB) | Preview
[img] Text
Cover.pdf

Download (21kB)
[img] Text
CURRICULUM_VITAE_(lia).pdf

Download (376kB)
[img] Text
ALICE ADVENTURES IN WONDERLAND SYNOPSIS.pdf

Download (37kB)
[img]
Preview
Image
201702271130101000.jpg

Download (506kB) | Preview

Abstract

Penelitian in bertujuan untuk menelusuri pelarian diri Alice pada konteks hiperrealitas dalam Alice’s Adventures in Wonderland oleh Lewis Caroll. Dengan menggunakan teori hiperrealitas dari Jean Baudrillard yang berfokus pada urutan gambaran simulakrum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bagaimana pelarian diri Alice pada konteks hipperealitas ter-refleksi di dalam novel. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif sebagai desain penelitian dalam menganalisis narasi dan dialog yang diklasifikasikan dengan teori Jean Baudrillard. Hasil penelitian ini adalah ada beberapa faktor yang menuntun Alice kepada pelarian diri yang menjadi peran penting sebagai model konseptual atau gambaran. Gambaran tersebut berubah tahap demi tahap yang kemudian berbelok kepada tingkat simulasi yang merepresentasikan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan Alice. Faktor-faktor tersebut sebagai simulasi yang menutupi simulakrum, menyerap gambaran, kemudian menghasilkan apa yang Alice sebut dengan Wonderland. Akan tetapi, dunia ini (Wonderland) berkembang menjadi sesuatu yang mengontrol Alice. Hal tersebut membuktikan bahwa Wonderland diciptakan oleh Alice untuk meniru cara Alice berfikir, membuat dan menentukan keputusan. Perkembangan Wonderland telah menunjukkan bagaimana hal tersebut berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar alat namun sebuah ketergantungan dan simulakrum sebagai hasil dari kebutuhannya untuk melarikan diri dari realitas. Penelitian in bertujuan untuk menelusuri pelarian diri Alice pada konteks hiperrealitas dalam Alice’s Adventures in Wonderland oleh Lewis Caroll. Dengan menggunakan teori hiperrealitas dari Jean Baudrillard yang berfokus pada urutan gambaran simulakrum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bagaimana pelarian diri Alice pada konteks hipperealitas ter-refleksi di dalam novel. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif sebagai desain penelitian dalam menganalisis narasi dan dialog yang diklasifikasikan dengan teori Jean Baudrillard. Hasil penelitian ini adalah ada beberapa faktor yang menuntun Alice kepada pelarian diri yang menjadi peran penting sebagai model konseptual atau gambaran. Gambaran tersebut berubah tahap demi tahap yang kemudian berbelok kepada tingkat simulasi yang merepresentasikan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan Alice. Faktor-faktor tersebut sebagai simulasi yang menutupi simulakrum, menyerap gambaran, kemudian menghasilkan apa yang Alice sebut dengan Wonderland. Akan tetapi, dunia ini (Wonderland) berkembang menjadi sesuatu yang mengontrol Alice. Hal tersebut membuktikan bahwa Wonderland diciptakan oleh Alice untuk meniru cara Alice berfikir, membuat dan menentukan keputusan. Perkembangan Wonderland telah menunjukkan bagaimana hal tersebut berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar alat namun sebuah ketergantungan dan simulakrum sebagai hasil dari kebutuhannya untuk melarikan diri dari realitas. This study concerns on investigating Alice’s escapism in the context of hyperreality in Lewis Caroll’s Alice’s Adventures in Wonderland. By using Jean Baudrillard’s theory of Hyperreality which focuses on the order of image of simulacrum, this study aims to find out how Alice’s escapism in the context of hyperreality reflected in the novel. This study uses descriptive analytical method as the research design in analyzing the classified narrations based on Baudrillard’s theory. The result of this study is there are some factors that lead Alice into escapism that becomes the important roles as conceptual model or images which are society’s pressure, searching of identity, boredom, self pretending, and transition age and growing up . The images changing step by step which turn to the stage of simulation which represents Alice’s problem and needs. The factors as the simulation covered by simulacrum, absorbed the images, then proceeds what Alice called as Wonderland. However, this world (Wonderland) develops into something that controls Alice. It reveals that Wonderland has been created by Alice to imitate Alice’s ways of thinking, making and deciding something. The development of Wonderland has shown how it develops into something more than just as the tool but the addiction and simulacrum as the result of her need to escape reality.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Additional Information: 1) Eka Nurcahyani, M. Hum 2) Atikah Ruslianti, M. Hum
Subjects: Bahasa dan Kesusastraan > Sastra Inggris
Divisions: FBS > S1 Sastra Inggris
Depositing User: sawung yudo
Date Deposited: 27 May 2022 09:13
Last Modified: 27 May 2022 09:13
URI: http://repository.unj.ac.id/id/eprint/29285

Actions (login required)

View Item View Item